SOSIAL - Setidaknya tujuh orang meninggal dunia dan belasan lainnya masih
dinyatakan hilang ketika perahu yang digunakan untuk prosesi laut Jumat
Agung di Selat Sempit Ujung Aro, Larantuka, Nusa Tenggara Timur,
terbalik dan tenggelam, hari Jumat (18/04).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, mengatakan pencarian masih dilakukan hingga Jumat malam waktu setempat.
"Masih ada belasan lagi (yang masih hilang). Hingga saat ini belum kami temukan," kata Thadeus melalui wawancara telepon dengan BBC Indonesia.
"TNI, tim SAR, unsur Pemda, BPBD, dan masyarakat non-Katolik, rekan-rekan Muslim masih mencari korban yang hilang. Pencarian belum dihentikan," kata Thadeus.
Jumlah pasti penumpang perahu tersebut belum bisa diketahui karena tidak ada catatan tentang data penumpang.
Yang jelas dari setidaknya 53 penumpang, 29 orang masih dirawat di rumah sakit sementara 17 orang lainnya sudah diperbolehlan pulang.
Di antara yang dirawat di rumah sakit adalah juru mudi atau nakhoda perahu.
Thadeus mengatakan insiden ini besar kemungkinan disebabkan karena perahu kelebihan daya muat penumpang.
Prosesi laut dilakukan dalam rangka persiapan perayaan Paskah yang dikenal sebagai tradisi masyarakat Larantuka.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, mengatakan pencarian masih dilakukan hingga Jumat malam waktu setempat.
"Masih ada belasan lagi (yang masih hilang). Hingga saat ini belum kami temukan," kata Thadeus melalui wawancara telepon dengan BBC Indonesia.
"TNI, tim SAR, unsur Pemda, BPBD, dan masyarakat non-Katolik, rekan-rekan Muslim masih mencari korban yang hilang. Pencarian belum dihentikan," kata Thadeus.
Jumlah pasti penumpang perahu tersebut belum bisa diketahui karena tidak ada catatan tentang data penumpang.
Yang jelas dari setidaknya 53 penumpang, 29 orang masih dirawat di rumah sakit sementara 17 orang lainnya sudah diperbolehlan pulang.
Di antara yang dirawat di rumah sakit adalah juru mudi atau nakhoda perahu.
Thadeus mengatakan insiden ini besar kemungkinan disebabkan karena perahu kelebihan daya muat penumpang.
Prosesi laut dilakukan dalam rangka persiapan perayaan Paskah yang dikenal sebagai tradisi masyarakat Larantuka.